Surat Al-Furqan Ayat 63 dengan Penjelasannya

Surat Al-Furqan ayat 63 Surat al Furqan ayat 63 mengajarkan nilai akhlak yang mendalam bagi setiap Muslim.

Dengan membaca dan memahami ayat ini, kita dapat mengambil pelajaran tentang ketaatan, kesabaran, dan hikmah dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Hamba Allah yang rahman adalah contoh nyata dari akhlak mulia yang patut dicontoh

Bacaan Surat Al-Furqan Ayat 63

Surat al-Furqan ayat 63
Surat al-Furqan ayat 63 Arab-Latin-Artinya

Tema besar Surah Al-Furqan adalah pembeda antara yang benar dan yang salah, antara orang beriman yang taat kepada Allah dan orang yang ingkar. Surah ini menekankan ketaatan, akhlak, dan konsekuensi dari pilihan hidup manusia.

Surat al-Furqan ayat 63 ini menunjukkan ciri hamba Allah yang rahman: rendah hati, sabar, dan bijaksana. Berikut teks bacaan Surah Al-Furqan ayat 63 lengkap arab, latin dan terjemahannya:

وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا

wa ‘ibādur-raḥmānil-lażīna yamsyūna ‘alal-arḍi haunaw wa iżā khāṭabahumul-jāhilūna qālū salāmā(n).

Baca Surat al-Furqan latin saja di sini secara lengkap.

Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “salam,”

Baca Surah al-Furqan per-halaman standar Kemenag selengkapnya di sini.

Tafsir Surat Al-Furqan Ayat 63

Menurut Tafsir al-Qurṭubī, Surat Al-Furqan ayat 63 menekankan beberapa hal penting mengenai akhlak dan perilaku hamba Allah yang rahman. Untuk memahami maknanya secara mendalam, mari kita bahas poin-poin berikut satu per satu.

  1. Rendah Hati dalam Kehidupan Sehari-hari

Pertama-tama, ayat ini menekankan sikap rendah hati dalam kehidupan sehari-hari. Frasa “yamsyūna ‘alal-ardh hawnan” bukan hanya menggambarkan aktivitas fisik berjalan di bumi, tetapi juga mencerminkan sikap hidup yang sederhana, tenang, dan penuh kehati-hatian. Dengan kata lain, hamba Allah yang rahman tidak bersikap sombong, tidak tergesa-gesa, dan selalu menjaga wibawa dalam setiap tindakan. Dengan memahami aspek ini, kita dapat melihat bagaimana kesederhanaan dan kehati-hatian menjadi bagian integral dari akhlak mulia.

  1. Sikap Bijak terhadap Orang Jahil

Selanjutnya, ayat ini mengajarkan pentingnya kebijaksanaan dalam menghadapi orang bodoh atau jahil. Bagian “wa idha khatabahumul-jahilūna qālū salām” menegaskan bahwa hamba Allah bersikap sabar dan menghindari konflik. Kata salam di sini bukan sekadar ucapan salam biasa, tetapi simbol menjaga kehormatan dan menahan diri dari perselisihan. Dengan memahami prinsip ini, kita menyadari bahwa kesabaran dan hikmah adalah ciri khas hamba Allah yang sejati dalam berinteraksi dengan orang lain.

  1. Ketaatan dan Keabadian Status Hamba Allah

Selain itu, tafsir ini menekankan bahwa ketaatan total kepada Allah menentukan status seorang hamba. Menurut al-Qurṭubī, orang yang benar-benar hamba Allah adalah mereka yang mentaati perintah-Nya dengan seluruh anggota tubuh, hati, dan lisan. Sebaliknya, mereka yang lalai atau mengabaikan perintah Allah digambarkan seperti binatang yang tersesat (QS Al-A’raf:179). Dari sini, dapat disimpulkan bahwa ketaatan dan pengabdian menyeluruh menjadi fondasi utama bagi seseorang untuk disebut hamba Allah yang rahman.

  1. Adab dan Akhlak Universal

Selanjutnya, ayat ini mengajarkan adab dan akhlak yang bersifat universal. Nilai kesabaran, hikmah, dan pengendalian diri yang tertuang dalam Surat Al-Furqon ayat 63 berlaku sepanjang masa, baik dalam konteks sosial, pendidikan, maupun interaksi sehari-hari. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, seorang Muslim dapat membangun karakter yang mulia dan terhormat, sehingga menjadi teladan bagi lingkungannya.

Baca Tafsir lengkap Surat al-Furqan di sini.

Pesan Utama Surat Al-Furqan Ayat 63

Dengan memahami poin-poin di atas, kita dapat merangkum pesan utama dari ayat ini sebagai berikut:

Menjadi hamba Allah berarti rendah hati, sabar, dan bijaksana. Prinsip ini mengajarkan kita untuk selalu bersikap tenang dan tidak sombong dalam menjalani kehidupan.

Menghadapi orang jahil dengan etika dan kesabaran lebih mulia daripada membalas dengan amarah. Sikap ini menjaga kehormatan dan mencerminkan akhlak mulia.

Akhlak mulia merupakan tanda ketaatan kepada Allah dan ciri khas hamba-Nya yang rahman, yang selalu berusaha menerapkan kesederhanaan, hikmah, dan kesabaran dalam setiap tindakan.

Dengan alur berpikir yang jelas ini, Surah Al-Furqan ayat 63 menjadi pedoman penting bagi setiap Muslim untuk meneladani akhlak mulia hamba Allah yang rahman.

Kajian Kebahasaan Surat Al-Furqan Ayat 63

Surat Al-Furqan ayat 63 adalah salah satu ayat yang menekankan akhlak mulia hamba Allah. Ayat ini tidak hanya memberikan panduan moral, tetapi juga kaya secara kebahasaan. Memahami struktur bahasa dan tata kalimatnya membantu kita menangkap makna yang lebih dalam, termasuk bagaimana Allah menegaskan sifat rendah hati dan sabar bagi hamba-Nya.

1. وعباد الرحمن

  • و : huruf istinaf.
  • عباد : mubtada (subjek), berupa mudhaf (yang mendapat tambahan).
  • الرَّحْمَنِ : mudhaf ilayh (kata yang menjelaskan ‘عباد’).
  • Makna: “Hamba-hamba Yang Maha Penyayang”.

2. الذين

Isim maushul ini berfungsi menambahkan sifat kepada hamba Allah. Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama apakah ini khabar dari mubtada atau sifah (kata sifat), namun intinya adalah menegaskan karakter hamba Allah.

3. يمشون على الأرض هونا

  • يَمْشُونَ : fi‘l mudhari‘ (kata kerja sekarang) dengan waw jama‘ sebagai subjek.
  • عَلَى الْأَرْضِ : jar wa majrūr (preposisi + kata benda) yang terkait dengan kata kerja.
  • هَوْناً : hal dari waw al-jama‘a, artinya berjalan dengan lembut, rendah hati. Bisa juga dianggap maf‘ul mutlaq yang dihilangkan.

4. وإذا خاطبهم الجاهلون

خَاطَبَهُمُ : kata kerja lampau (fi‘l madhi), dengan hum sebagai objek. الْجاهِلُونَ : subjek kata kerja. Kalimat ini memperkenalkan kondisi atau syarat (syarth): “apabila orang bodoh berbicara kepada mereka…”

5. قالوا سلاماً

قَالُوا : kata kerja lampau, subjek ‘waw’ menunjukkan jamak. سَلاماً : objek kata kerja, bisa dimaknai sebagai maf‘ul bih literal atau maf‘ul mutlaq umum. Kalimat ini menjadi jawaban bagi kondisi yang diperkenalkan oleh إذا.

6. Gaya Bahasa dan Struktur Kalimat

Ayat ini menggunakan istinaf dan jar wa majrūr untuk menekankan sifat hamba Allah. Terdapat perpaduan mubtada, khabar, fi‘l mudhari‘, hal, dan syarth yang membuat ayat ini kaya makna. Secara keseluruhan, ayat ini menghubungkan karakter hamba Allah dengan contoh nyata dalam interaksi sosial.


Dengan memahami kajian tafsir dan kebahasaan ini, kita bisa melihat bagaimana Surat Al-Furqan ayat 63 menekankan nilai rendah hati, sabar, dan hikmah dalam kehidupan sehari-hari. Struktur bahasa yang kompleks namun teratur menunjukkan perhatian Allah terhadap setiap aspek akhlak hamba-Nya, sehingga tafsir moral dan kebahasaan saling melengkapi.

Yuk isitqamah baca Surat-surat al-Quran lengkap di website ini. Semoga kita semua mendapatkan berkah dari al-Quranul karim.