81. At-Takwir (29 Ayat)

Surah At-Takwir adalah surah ke-81 dalam Al-Qur’an, terdiri atas 29 ayat, dan termasuk golongan surah Makkiyyah. Nama At-Takwir berarti Menggulung, merujuk pada peristiwa kosmik pada hari kiamat, seperti matahari digulung dan langit berguncang. Surah ini juga dikenal dengan nama lain Al-Infitar, karena menggambarkan tanda-tanda kiamat yang menggetarkan jiwa manusia.

Surah At-Takwir menekankan kepastian hari kiamat, kehancuran alam semesta, dan pembalasan amal manusia. Ayat-ayatnya mengingatkan bahwa setiap manusia akan menghadapi perhitungan amal, dan tiada yang luput dari pengetahuan Allah. Surah ini menegaskan bahwa keimanan dan amal saleh adalah bekal utama menghadapi hari pembalasan.

Selain itu, surah ini menekankan kebesaran ciptaan Allah dan tanda-tanda-Nya yang menggetarkan jiwa. Allah mengingatkan bahwa manusia yang lalai akan terkejut dan menyesal, sedangkan yang beriman dan taat akan memperoleh ketenangan dan keberkahan. Surah ini juga menjadi pengingat bahwa alam semesta dan kehidupan dunia hanyalah sementara, sehingga fokus utama harus pada persiapan akhirat.

Pesan utama surah ini adalah kesadaran akan hari kiamat, tanggung jawab amal, dan penguatan iman. Bacaan surah At-Takwir mengajak umat Islam untuk merenungi kehancuran dunia, menata amal, dan meneguhkan iman sebagai bekal menghadapi pengadilan Allah di hari pembalasan.

Arti: Penggulungan

Tempat Turun: Mekah

Jumlah Ayat: 29

Deskripsi Qs At-Takwir

qs at takwir

Surat At Takwir terdiri atas 29 ayat dan termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al Masadd. Kata At Takwir (terbelah) yang menjadi nama bagi surat ini adalah dari kata asal (mashdar) dari kata kerja kuwwirat (digulung) yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

Baca Tafsir Lengkap Surah At-Takwir


Surat At-Takwir Arab Latin dan Artinya

Ayat 1

اِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْۖ

iżasy-syamsu kuwwirat.

Apabila matahari digulung,


Ayat 2

وَاِذَا النُّجُوْمُ انْكَدَرَتْۖ

wa iżan-nujūmunkadarat.

dan apabila bintang-bintang berjatuhan,


Ayat 3

وَاِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْۖ

wa iżal-jibālu suyyirat.

dan apabila gunung-gunung dihancurkan,


Ayat 4

وَاِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْۖ

wa iżal-‘isyāru ‘uṭṭilat.

dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak terurus),


Ayat 5

وَاِذَا الْوُحُوْشُ حُشِرَتْۖ

wa iżal-wuḥūsy ḥusyirat.

dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan,


Ayat 6

وَاِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْۖ

wa iżal-biḥāru sujjirat.

dan apabila lautan dipanaskan,


Ayat 7

وَاِذَا النُّفُوْسُ زُوِّجَتْۖ

wa iżan-nufūsu zuwwijat.

dan apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh),


Ayat 8

وَاِذَا الْمَوْءٗدَةُ سُىِٕلَتْۖ

wa iżal-mau’ūdatu su’ilat.

dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya,


Ayat 9

بِاَيِّ ذَنْۢبٍ قُتِلَتْۚ

bi’ayyi żambin qutilat.

karena dosa apa dia dibunuh?


Ayat 10

وَاِذَا الصُّحُفُ نُشِرَتْۖ

wa iżaṣ-ṣuḥufu nusyirat.

Dan apabila lembaran-lembaran (catatan amal) telah dibuka lebar-lebar,


Ayat 11

وَاِذَا السَّمَاۤءُ كُشِطَتْۖ

wa iżas-samā’u kusyiṭat.

dan apabila langit dilenyapkan,


Ayat 12

وَاِذَا الْجَحِيْمُ سُعِّرَتْۖ

wa iżal-jaḥīmu su‘‘irat.

dan apabila neraka Jahim dinyalakan,


Ayat 13

وَاِذَا الْجَنَّةُ اُزْلِفَتْۖ

wa iżal-jannatu uzlifat.

dan apabila surga didekatkan,


Ayat 14

عَلِمَتْ نَفْسٌ مَّآ اَحْضَرَتْۗ

‘alimat nafsum mā aḥḍarat.

setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya.


Ayat 15

فَلَآ اُقْسِمُ بِالْخُنَّسِۙ

falā uqsimu bil-khunnas(i).

Aku bersumpah demi bintang-bintang,


Ayat 16

الْجَوَارِ الْكُنَّسِۙ

al-jawāril-kunnas(i).

yang beredar dan terbenam,


Ayat 17

وَالَّيْلِ اِذَا عَسْعَسَۙ

wal-laili iżā ‘as‘as(a).

demi malam apabila telah larut,


Ayat 18

وَالصُّبْحِ اِذَا تَنَفَّسَۙ

waṣ-ṣubḥi iżā tanaffas(a).

dan demi subuh apabila fajar telah menyingsing,


Ayat 19

اِنَّهٗ لَقَوْلُ رَسُوْلٍ كَرِيْمٍۙ

innahū laqaulu rasūlin karīm(in).

sesungguhnya (Al-Qur’an) itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril),


Ayat 20

ذِيْ قُوَّةٍ عِنْدَ ذِى الْعَرْشِ مَكِيْنٍۙ

Żī quwwatin ‘inda żil-‘arsyi makīn(in).

yang memiliki kekuatan, memiliki kedudukan tinggi di sisi (Allah) yang memiliki ‘Arsy,


Ayat 21

مُّطَاعٍ ثَمَّ اَمِيْنٍۗ

muṭā‘in ṡamma amīn(in).

yang di sana (di alam malaikat) ditaati dan dipercaya.


Ayat 22

وَمَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُوْنٍۚ

wa mā ṣāḥibukum bimajnūn(in).

Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah orang gila.


Ayat 23

وَلَقَدْ رَاٰهُ بِالْاُفُقِ الْمُبِيْنِۚ

wa laqad ra’āhu bil-ufuqil-mubīn(i).

Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (Jibril) di ufuk yang terang.


Ayat 24

وَمَا هُوَ عَلَى الْغَيْبِ بِضَنِيْنٍۚ

wa mā huwa ‘alal-gaibi biḍanīn(in).

Dan dia (Muhammad) bukanlah seorang yang kikir (enggan) untuk menerangkan yang gaib.


Ayat 25

وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَيْطٰنٍ رَّجِيْمٍۚ

wa mā huwa biqauli syaiṭānir rajīm(in).

Dan (Al-Qur’an) itu bukanlah perkataan setan yang terkutuk,


Ayat 26

فَاَيْنَ تَذْهَبُوْنَۗ

fa aina tażhabūn(a).

maka ke manakah kamu akan pergi?


Ayat 27

اِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعٰلَمِيْنَۙ

in huwa illā żikrul lil-‘ālamīn(a).

(Al-Qur’an) itu tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam,


Ayat 28

لِمَنْ شَاۤءَ مِنْكُمْ اَنْ يَّسْتَقِيْمَۗ

liman syā’a minkum ay yastaqīm(a).

(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang menghendaki menempuh jalan yang lurus.


Ayat 29

وَمَا تَشَاۤءُوْنَ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ ࣖ

wa mā tasyā’ūna illā ay yasyā’allāhu rabbul-‘ālamīn(a).

Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan seluruh alam.