Surah Al-Waqiah Ayat 78 Lengkap dengan Tafsir

Surah Al-Waqiah Ayat 78 mengingatkan kita akan kekuasaan Allah dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Berikut bacaan dan tafsirnya.

Bacaan Surah Al-Waqiah Ayat 78

فِيْ كِتٰبٍ مَّكْنُوْنٍۙ

fī kitābim maknūn(in).

dalam Kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh),

Tafsir Surah Al-Waqiah Ayat 78

lihat tafsir Al-Waqiah ayat 77 sebelumnya

Makna “Kitābim Maknūn”

Frasa “Kitābim Maknūn” secara harfiah berarti “Kitab yang Terpelihara” atau “Kitab yang Tersembunyi”. Mayoritas ulama tafsir sepakat bahwa yang dimaksud dengan “Kitab yang Terpelihara” ini adalah Lauh Mahfuzh.

Lauh Mahfuzh adalah sebuah papan atau lembaran yang sangat agung di sisi Allah Swt. Di sinilah segala sesuatu telah tertulis dan terpelihara dengan sempurna, mulai dari takdir seluruh makhluk, peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, hingga wahyu-wahyu Allah yang akan diturunkan kepada para nabi dan rasul, termasuk Al-Qur’an. Keberadaannya bersifat gaib dan hanya diketahui oleh Allah Swt.


Korelasi Ayat 78 dengan Ayat 77 dan 79

Ayat 78 tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi jembatan yang menghubungkan pernyataan agung tentang Al-Qur’an di ayat 77 dengan penegasan kesuciannya di ayat 79.

1. Korelasi dengan Ayat 77 Innahu Laqur’ānun Karīm

Ayat 77 berbunyi: innahū laqur’ānun karīm, yang artinya “Sesungguhnya ia adalah Al-Qur’an yang sangat mulia”. Ayat ini secara langsung menyatakan kemuliaan dan keagungan Al-Qur’an.

  • Hubungan: Ayat 78 (fī kitābim maknūn) menjelaskan mengapa Al-Qur’an itu sangat mulia. Kemuliaannya bersumber dari fakta bahwa ia berasal dari Lauh Mahfuzh, tempat yang paling suci dan terjaga di sisi Allah Swt. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an bukanlah karangan manusia atau sesuatu yang bisa diubah-ubah, melainkan wahyu yang terpelihara secara sempurna di tempat yang paling tinggi. Asal-usulnya yang ilahi dan terjaga inilah yang menjadikannya “Al-Qur’an yang sangat mulia”.

2. Korelasi dengan Ayat 79

Ayat 79 yang artinya “Tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan”. Ayat ini menegaskan tentang kesucian Al-Qur’an.

  • Hubungan: Ayat 78 (fī kitābim maknūn) memberikan dasar logis bagi ketentuan kesucian yang disebutkan dalam ayat 79. Karena Al-Qur’an berasal dari “Kitab yang Terpelihara” (Lauh Mahfuzh) yang sangat suci dan hanya dapat diakses oleh makhluk-makhluk suci (malaikat al-muqarrabin) di alam gaib, maka secara konsekuensi, ketika ia diturunkan ke alam dunia, ia tetap membawa aura kesucian tersebut. Oleh karena itu, hanya “hamba-hamba yang disucikan” (baik secara fisik dari hadas maupun secara spiritual, seperti malaikat atau orang-orang yang bersuci) yang layak menyentuhnya. Ini adalah manifestasi dari kesucian sumbernya di Lauh Mahfuzh.

Poin-Poin Penting

  • Lauh Mahfuzh sebagai Sumber Kemuliaan: Ayat 78 menjelaskan bahwa salah satu sebab kemuliaan Al-Qur’an (ayat 77) adalah karena ia berasal dari Lauh Mahfuzh, sebuah kitab yang terpelihara sempurna di sisi Allah.
  • Kesucian Ilahi: Asal-usul Al-Qur’an dari Lauh Mahfuzh menunjukkan kesucian mutlak Al-Qur’an. Ia bukan kitab biasa yang bisa diremehkan atau diubah.
  • Landasan Hukum Kesucian (Thaharah): Penjelasan tentang Lauh Mahfuzh ini menjadi dasar teologis dan spiritual mengapa Al-Qur’an (khususnya mushafnya) memiliki hukum kesucian (thaharah) dalam pandangan sebagian besar ulama (seperti yang dibahas dalam tafsir ayat 79). Karena ia berasal dari sumber yang sangat suci, maka perlakuan terhadapnya di dunia juga harus mencerminkan kesucian tersebut.
  • Penolakan Tuduhan: Dengan penegasan bahwa Al-Qur’an berasal dari “Kitab yang terpelihara”, ayat ini sekaligus membantah tuduhan bahwa Al-Qur’an adalah sihir atau syair yang direka-reka oleh manusia.

Penutup

Korelasi antara Surah Al-Waqi’ah ayat 77, 78, dan 79 sangat erat. Ayat 77 menyatakan kemuliaan Al-Qur’an, ayat 78 menjelaskan sumber kemuliaan itu (Lauh Mahfuzh), dan ayat 79 menegaskan konsekuensi dari kemuliaan dan kesuciannya (hanya disentuh oleh yang disucikan).

Ketiga ayat ini membentuk satu kesatuan yang menekankan keagungan Al-Qur’an sebagai wahyu Allah yang terjaga, suci, dan harus diperlakukan dengan penuh hormat.

Maka, marilah kita senantiasa memuliakan Al-Qur’an, memahami maknanya, dan mengamalkan ajaran-ajarannya dalam setiap aspek kehidupan kita. Baca Mushaf Online secara lengkap.